Pengalaman ke Psikiater di Bogor

Awal ceritanya adalah aku sakit dan ke dokter spesialis penyakit tersebut. Kata dokter tersebut, secara fisik, organ tubuh aku baik-baik aja dan kemungkinan besar penyakit tersebut datangnya dari pikiran. Jadi dokter itu merujuk aku ke psikiater di rumah sakit tersebut.

Aku bikin janji dari aplikasi rumah sakit jadi langsung dapet nomer urut antrian. Aku dapet nomer pertama dan saat aku sampai, ternyata agak telat, dokternya udah dateng jadi udah masuk pasien sebelum aku.

Saat aku dipanggil masuk, aku nyapa dokternya, tapi Ia agak mengabaikan dan masih sibuk ngetik di komputer, mungkin ngga dengar.

Kemudian Ia bertanya, apa masalah aku. Terus aku ceritakan agak panjang lebar. Setelah itu ia memberi beberapa saran salah satunya untuk melakukan Cognitive Behavioral Therapy, terapi untuk menguraikan dan membenarkan mindset kita. Bisa dilakukan sendiri dengan bantuan workbook atau bisa juga ke psikolog.

Lalu aku dikasih resep obat antidepresan. Untuk biaya, konsutasi sekitar 500 ribu, dan obat 700 ribu.

Sejujurnya hasil konsul itu nggak sesuai ekspektasi ku karena aku ngga mendapat insight baru. Mungkin memang keahlian psikiater ya memberi obat bukan memberi pencerahan. Psikiater yang aku temui itu memang basis utamanya di rumah sakit jiwa jadi mungkin spesialisasi nya memang untuk orang yang sudah parah.

Karena kurang puas, besoknya aku konsultasi ke umiku. Ia memang sering mengisi training untuk healing luka batin tapi aku ga pernah mau ikut. Soalnya menurut ku banyak luka batinku dari diomelin umi pas masih kecil. Umi juga sebenernya udah minta maaf dan nyuruh aku buat ke professional aja untuk ‘healing’. Nah terus pas aku tau professional doesn’t really work for me, might as well give a shot to curhat with my mom.

Pas curhat ke umi, lumayan banyak ganjelan-ganjelan batin yang terurai. Jadi lumayan lega juga. Umi semacam ngegabungin cognitive behavioral therapy sama konsep qadha dan qadar.

Sesuai yang disaranin aku juga terapi sendiri pakai workbook. Buku yang aku pakai adalah “How to Do the Work”, penulisnya Nicole LePrera. Pendekatannya holistic, jadi selain membenarkan pikiran, kita juga harus memperbaiki sistem syaraf kita dengan teknik pernapasan yg benar, micronutrient dll. Setiap selesai bab juga ada evaluasi dan kontekstualisasi pada diri kita, supaya kita benar-benar ‘do the work’ untuk healing.

Buku lain yang menurut aku bagus dan islami adalah bukunya Yasmin Mogahed yang berjudul “Reclaim your heart”. Buku ini bagus buat yang punya masalah attachment dan rejection sensitivity.

Aku ke psikiater empat bulan lalu. Alhamdulillah sejak sebulan lalu aku udah sembuh dari penyakit psikomatik tersebut. Gejala fisik udah ngga ada. But I believe healing is a lifelong process, jadi kita harus selalu berusaha untuk improve diri dan mental kita.

2 thoughts on “Pengalaman ke Psikiater di Bogor

Leave a comment