Penghapusan Listrik 450VA Menyakiti Orang Miskin

Pemerintah dan Badan Anggaran RI sepakat untuk menambah daya listrik orang miskin dari 450 VA menjadi 900 VA. Kebijakan ini dapat dibilang menyakiti karena dua hal:

Pertama, pemerintah seperti ingin mengelabui orang miskin dengan pernyataan bahwa perngubahan daya ini sifatnya gratis jadi tidak membebani orang miskin. Padahal tarif listrik per kWh nya berbeda. Biasanya 450 VA membayar perbulan Rp.60.000 dan 900 VA membayar Rp. 100.000.

Kedua, pemerintah melepaskan tanggung jawab dan melimpahkan nya ke kaum miskin. Tujuan dari kebijakan ini adalah agar meningkatkan konsumsi dari listrik yang over supply. Hal ini karena pemerintah membeli listrik dari pihak swasta dengan skema kontrak jadi dipakai atau tidak harus dibayar.

Karena energi dan listrik adalah hak warga negara, maka agar terdistribusi dengan baik listrik seharusnya dikelola oleh pemerintah dengan amanah.

Dimuat di Radar Bogor, 19 September 2022

Booming Sepeda Listrik Perlu Pengkajian

Beberapa waktu lalu polisi sempat menertibkan dan menegur pengguna sepeda listrik yang di bawah umur dan menggunakannya di jalan raya. Polisi juga menelusuri tempat penyewaan sepeda listrik yang menyewakan untuk anak-anak tersebut.

Penyewaan sepeda listrik memang sedang booming di kota bogor, termasuk di wilayah tempat tinggal saya yaitu pasir kuda. Ini karena memang kendaraan listrik sedang disubsidi pemerintah untuk mendukung konversi bbm ke listrik. Ini diterapkan pemerintah agar lebih ramah lingkungan.

Namun pada kenyataannya, penggunaan kendaraan listrik tersebut lebih banyak hanya menjadi sarana hiburan dan tidak menggantikan BBM. Selain itu langkah konversi masif ke kendaraan listrik harus dikaji lagi, karena di Indonesia, listrik pun masih diproduksi dengan batu bara dan minyak bumi sehingga sama saja tidak ramah lingkungan.

Agar lebih ramah lingkungan dan mempunyai dampak berkelanjutan, solusinya  bukan dengan cara mensubsidi dan memberikan privilase terhadap kendaraan listrik. Karena di bawah sistem kapitalisme, semua pihak termasuk pemerintah hanya akan mementingkan kepentingan materi dan mengabaikan yang lain seperti lingkungan, kesejahteraan dan keamanan masyarakat. 

Adzkia

Pasir kuda, Bogor

Apresiasi rencana Trem di Kota Bogor

“Negara maju bukanlah negara di mana orang miskin bisa punya mobil, namun negara maju adalah negara dimana didapati orang kaya banyak naik kendaraan umum.” -Gustavo Petro

Rencana Pemkot Bogor untuk mengadakan Trem perlu diapresiasi. Ini adalah langkah awal untuk membangun kota yang memprioritaskan manusia dibanding mobil (human oriented city). Car oriented city, menimbulkan banyak masalah seperti kemacetan, polusi, dan kecelakaan lalu lintas. Beda dengan human oriented city, manusia yang berjalan kaki menjadi prioritas sehingga trotoar diperbesar dan dibuat nyaman. Jalananpun tidak macet karena transportasi publik yang baik membuat orang memilihnya dibanding naik mobil sendiri.

Namun memang biayanya tidak kecil. Kepala Bappeda Kota Bogor menjelaskan bahwa membangun Trem membutuhkan 1,7 triliun rupiah dan tidak mungkin mengandalkan APBD dan APBN sehingga pemkot harus berburu investor.

Sebenarnya bekerja sama dengan swasta boleh-boleh saja, namun jangan sampai kita bergantung pada swasta karena swasta pasti punya kepentingan dan pemerintah harus punya visi, tidak boleh hanya mengikuti swasta.

Untuk pembangunan kota yang baik dibutuhkan memang membutuhkan waktu yang lama. Di Belanda misalnya untuk mentransisikan kota-kotanya menjadi human oriented city dibutuhkan 30 tahun dan harus jadi prioritas. Karena itu sistem pemerintah memang harus idealis dan jangan hanya oportunis dan kapitalis seperti sekarang.

Adzkia M.Sc
Alumni Wageningen University Belanda

Tas kain sebagai pengganti kantong plastik bukan solusi

Baru-baru ini Danish Environmental Protection Agency mempublish hasil penelitian bahwa tas totebag, yang ditawarkan di supermarket untuk menggantikan kantong plastik, tidak seramah lingkungan yang dibayangkan. Berdasarkan penelitian tersebut totebag lebih ramah lingkungan hanya jika digunakan sebanyak 5100 kali.

Kebijakan pemerintah yang melarang penggunaan kantong plastik di supermarket jadi hanya seperti peraturan basa-basi. Tidak menyelesaikan masalah lingkungan.

Selama kapitalisme berkuasa, aturan hanya akan memberatkan masyarakat dan konsumen. Sementara industri dan pemilik modal bisa meraup untung sebanyak banyaknya tanpa mempedulikan lingkungan.

Adzkia
Pasir kuda

Dimuat di Radar Bogor, 6 Maret 2023

Kebocoran Data Harus Disikapi Serius

Baru-baru ini saya menerima telepon yang mengaku dari bank Mandiri bahwa mereka menawarkan asuransi. Saya terus mendengarkan karena saya pikir ada hubungannya dengan rekening bank saya. Di awal mereka juga menyebutkan data pribadi saya sehingga saya agak percaya bahwa itu memang benar bank mandiri. Namun ditengah-tengah mulai mencurigakan karena suaranya terdengar terburu-buru. Lalu saya memeriksa nomornya di aplikasi “get contact” dan ternyata nomor tersebut banyak ditag sebagai penipu. Beberapa orang mewanti-wanti di aplikasi tersebut misalnya; “nawarin asuransi tapi kena tipu 500ribu”, “hati-hati penipu ini sampai tau alamat kalian”, dsb. Setelah membaca itu langsung saja saya matikan telpon nya dan meminta konfirmasi dari bank Mandiri di Twitter. Namun bukannya jawaban resmi dari cs bank Mandiri yang saya dapat hanyalah akun bank mandiri palsu yang mengarahkan saya untuk whatsapp ke nomor mereka.

Ternyata penipuan sejenis banyak juga dialami oleh yang lain. Banyak yang berasumsi bahwa hal tersebut terjadi karena ada oknum yang melakukan jual beli data. Kebocoran data memang sangat marak terjadi akhir-akhir ini. Mulai dari data PLN, Telkom, kepegawaian dan lain lain. Pihak swasta, BUMN, ataupun kantor pemerintahan seharusnya bisa meningkatkan keamanan jaringannya. Pemerintah pun perlu melakukan tindakan represif dan preventif. Represif yaitu dengan menindak tegas pelaku jual beli data. Preventif yaitu dengan meningkatkan kualitas SDM dibidang keamanan jaringan.

Untuk mengatasi hal ini memang tidak mudah. Namun dalam islam pemerintah wajib untuk menjaga jiwa dan harta rakyat nya. Maka ini adalah hal urgen untuk diselesaikan.

Dimuat 15 September 2022

Everything Changes After 25, The Science of Quarter Life Crisis

Waktu dulu sempat trending di Twitter tentang umur 25 harusnya sudah bisa ini itu. Harusnya sudah punya tabungan 100 juta, mulai KPR, mulai berkeluarga dan lain lain. Saat itu w mikirnya lewat umur 25, asalkan masih waras, tidur masih teratur then you are good. That’s an achievement. Karena di buku Educated, Tara Westover bilang, menurut professor psikologi, umur 25 adalah saat dimana banyak penyakit mental bermunculan.

Berdasarkan pengalaman pribadi w sendiri, di umur 25 mungkin paling banyak perubahan dalam hidup. Pada umur segitu w menikah, lulus kuliah S2, dan memulai pekerjaan baru. Jadi wajar kalau sewaktu-waktu kena mental breakdown. W pikir perubahan pada mental state w mungkin karena tinggal di luar negri so I became anxious about everything. Tapi engga juga karena selama w kuliah S2, w pede, happy and free spirit. Dan ternyata ada juga alasan internal alias biologis yang ilmiah di balik semua itu.

Seperti dilansir BBC.com, child psychologist Laverne Antrobus menyatakan kalau frontal lobe di otak kita baru fully developed saat umur 25 tahun. Frontal lobe adalah bagian otak yang berfungsi untuk berpikir logis, mengambil keputusan dan membuat rencana. Jadi biasanya kita mengalami “awakening”, atau ada mata batin yang terbuka, karena kita menilai hal di sekeliling kita secara berbeda.

Well in my case, ada beberapa pemikiran w yang w sadari kalau salah. Jadi walaupun terjadi “goncangan” di diri w, ada juga beberapa kebaikannya. W juga merasa lebih punya empati dan lebih sabar.

Wallahualam bishawab

https://www.bbc.com/news/magazine-24173194

https://www.inverse.com/article/33753-brain-changes-health-25-quarter-life-crisis-neurology

Mommy Issue

We all know and familiar with the term daddy issue. Kalau di Amerika biasanya daddy issue itu ditunjukan untuk orang yang punya preferensi untuk mencari pasangan yang jauh lebih tua karena mereka tidak tumbuh bersama sosok ayah di hidup mereka. Itu definisi populer atau versi urban dictionary, dan mungkin ada versi definisi ilmiah lainnya.

Tapi sebenarnya ada juga yang namanya mommy issue. Itu adalah keadaan psikologis dimana kita mencari approval dari sosok perempuan yang lebih dewasa, seperti profesor kita di kampus, manager kita di kantor, atau bahkan tetangga. Hal ini terjadi karena sosok ibu yang seharusnya menjadi tumpuan saat anak bertumbuh kembang, tidak bisa bisa menjadi safe space untuk anak tersebut. Misal, seorang ibu tidak peduli pada perasaan anaknya dan hanya peduli kalau anak tersebut berprestasi di sekolah. Hal itu membuat anak belajar kalau mereka hanya pantas disayangi hanya jika mereka punya pencapaian.

Ketika dewasa, jika anak itu bertemu dengan sosok yang punya kepribadian seperti ibunya, dia akan berusaha mencari approval dari sosok tersebut. Karena mereka familiar dengan perasaan bahagia saat mendapat approval tersebut. It feels like home to them. Hal ini tidak baik karena biasanya kita jadi lebih mementingkan apa yang sosok tersebut mau daripada apa yang kita inginkan*. Because we learned in our childhood that our feeling don’t matter, we don’t matter. We are just an extension of our parent. Jadi misal, ketika mendapat bos yang micromanage dan marah-marah terus, kita malah mengejar approval dari mereka. Di bawah sadar kita, kita merasa nyaman, walaupun kita tau itu situasi yang toxic untuk kita.

Kalau kita punya mommy issue, yang pertama harus dilakukan adalah menyadari dan menerima. Masa lalu kita adalah qadha dari Allah. Kita tidak bisa mengubah orang lain. Our parents want what’s best for us with all knowledge they have, so sometimes it’s not even their fault. Kita juga tidak bisa mengubah masa lalu,Tapi kita bisa mengubah diri kita dan masa depan kita walaupun itu sulit. Ketika kita menyadarinya, maka ketika kita dihadapkan dengan masalah tersebut, misal, kita merasa burnout di kerjaan karena kejar target and we feel that our voice is silenced, we have to realize that it was maybe our mommy issue in the working that causes this.

We have to realize that we are an adult individual, not just an extension of somebody. We are responsible for ourselves. We don’t need approval from others to be happy. It’s okay to have an opinion. We are capable of living our life as our true authentic self.

Wallahualam bishawab.

How I handle my FOBO

FOBO atau fear of better option adalah masalah ketika kita tidak bisa mengambil keputusan karena kita takut bahwa sebenarnya ada pilihan yang lebih baik daripada keputusan yang akan kita ambil.

Contohnya kalau mau beli suatu barang kita mikir lama banget, sampai kita capek sendiri. Contoh lain kita ada tawaran pekerjaan tapi mengharuskan kita relokasi jadi kita tidak fleksibel ketika ada kesempatan kerja lain yang datang, karena kita masih berharap akan mendapat pekerjaan yang lebih baik.

Memiliki banyak pertimbangan itu baik namun FOBO ini kadang membuat kita capek mental. Terkadang kita sudah melakukan analisis SWOT, plus-minus, tapi tetap saja kepikiran mungkin ada hal yang terlewat.

FOBO ini bagian dari naluri bertahan hidup kita, jadi dia ada manfaatnya. Tetapi ketika dia sepertinya sudah mengambil alih ruang di pikiran kota, sebaiknya kita harus bisa mengaturnya.

Setelah melalui berbagai pengalaman FOBO, akhirnya aku menemukan cara untuk memanage nya yaitu dengan berserah diri kepada Allah. Manusia memang bisa mengusahakan untuk mendapat hal yang baik bagi dirinya yaitu dengan melakukan berbagai pertimbangan, tapi rizqi tetap dari Allah.

Misal ketika beli properti, berdasarkan riset, kita tau harga itu wajar dan malah murah. Dan kita memang butuh. Tapi kita takut sebenarnya ada properti lain yang lebih murah. Ya sudah, berarti kalau memang ada yg lebih murah dan kita terlanjur beli, memang itu belum rezeki kita.

Pergi Haji dari Belanda

So, I was just scrolling Twitter, when I found a tweet about going on a Hajj when doing a PhD. Tweet tersebut dilike oleh cukup banyak orang yang berarti alhamdulillah ternyata anak twitter pun banyak yang bercita-cita intuk pergi haji. Masya Allah.

Karena ada momentumnya, aku ingin berbagi info tentang pergi haji dari Belanda, semoga bisa menjadi tambahan informasi bagi kawan-kawan yang sedang mencari-cari.

Syarat agar bisa daftar Haji di Belanda adalah:

1. Residence permit

Biasanya orang asing yang punya residence permit adalah mahasiswa, orang yang kerja di Belanda. Jadi kalau kita berkunjung sebagai turis dan hanya punya visa schengen, tidak bisa.

2. Keterangan mahram

Ini dibuktikan dgn surat dari gementee/balai kota. Atau dengan keterangan di passport perempuan. Bisa diurus di KBRI Den Haag gratis. Ini wajib agar bisa dapat visa haji.

3. Syarat administrasi lain-lain seperti passport, pass foto, vaksin meningitis dll.

Biaya nya bermacam-macam. Kalau saya, pakai travel Diwan, sekitar 5500 euro tahun 2019. Pembimbing nya ada orang Indonesia dari Masjid Euromuslim Amsterdam. Di rombongan juga cukup banya orang Indonesia.

Bagaimana meluangkan waktu untuk pergi Haji, selama kurang lebih sebulan? Perusahaan di Belanda cuti tahunan kira-kira 1.5 bulan. So, it’s not a problem buat yg kerja. Buat yg kuliah pun, bisa saja. Tahun 2017-2019 Haji bertepatan dengan summer break yaitu bulan Agustus. Teman-temanku pun banyak yg begitu lulus S2 bulan juli, pergi haji bulan agustus, baru abis itu balik ke Indonesia.

Segini dulu, kalau ada pertanyaan langsung komentar saja. Wassalamualaikum wr wb